Indonesia memiliki populasi diatas 200 juta menurut data
statistik BPS, dari berita terakhir yang di sebuah internet disebutkan, jumlah
pesawat handphone di Indonesia, entah itu telepor pintar atau telepon tidak
pintar melebihi jumlah penduduk Indonesia. Bisa jadi kalau dipukul rata-rata
penduduk Indonesia semua umur, dari bayi sampai kakek – nenek memegang
handphone. Mestinya tidak seperti itu, sudah menjadi penglihatan umum, banyak
penduduk Indonesia, terutama di perkotaan memegang atau mempunyai handphone lebih
dari satu, bahkan lebih dari 2 juga banyak. Bila satu hanphone terdiri 2 sim
card, maka rata-rata pemegang handphone tersebut mempunyai 4 no. Handphone. Wow..., bisa jadi
mereka tersebut adalah sosok – sosok yang super sibuk, dan banyak koneksi, atau
memang untuk bisnis offline atau online.
Bonus demografi sedang menjadi topik hangat di media sosial
sejak BKKBN menghembuskan isu tersebut di blog ini, BKKBN bukan tidak ada
alasan melemparkan isu tersebut, bila menilik data sensus BPS tahun 2010, yakni
piramida kependudukan Indonesia, tercatat di situ kelompok usia muda di
Indonesia memang cukup, besar, diperkirakan sekitar 45-50% dari populasi
penduduk Indonesia. Mereka berusia antara 20 -54 tahun. Selain itul, kualitas
penduduk Indonesia juga makin membaik, salah satu indikator utama adalah tingkat
harapan hidup manusia Indonesia makin, hal ini tercatat pada Indeks Pembangunan
Manusia Indonesia yang dirilis oleh BPS juga, bila ingin tahu detilnya bisa
mampir di situs BPS.
Fakta ini cukup menarik, bonus demografi memang memunculkan
segenap implikasi kependudukan, yang menyangkut soal kesehatan, pendidikan,
jaminan sosial, lapangan kerja, namun juga menjadi sebuah kue pasar yang lezat
bagi penyedian barang dan jasa, terutama untuk produk yang berhubungan dengan kebutuhan
pribadi dan gaya hidup /life style, yakni pakaian, gadget, kosmetik, dll. Pertumbuhan situs online
penyedia “marketplace” di Indonesia , baik lokal dan asing beramai – ramai
memperebutkan kue dampak bonus demografi, mayoritas penduduk yang masuk dalam
kategori bonus demografi mempunyai penghasilan dan kebutuhan itu. Apalagi
sektor perbankan pun sekarang banyak memberikan kemudahan akses pembayaran
kepada nasabahnya untuk membayar tanpa tunai.
Ceruk pasar yang besar, terutama di sektor pakaian dan
gadget di kelompok penduduk ini menjadi incaran pasar bagi perusahaan toko
online dari dalam dan luar negeri, seperti halnya Cina, Indonesia adalah pasar
yang “seksi” bagi pemasar – pemasar produk
via online. Industri produk konsumen di Cina bisa berkembang pesat karena pasar dalam negeri yang mampu menyerap
habis produk – produk mereka, sekarang kelebihan produksi di sektor gadget dan
pakaian Cina mulai dipasarkan ke luar negeri lewat situ online, dengan metode
kerjasama dengan situs lokal atau dengan sistim “dropship” dimana pemilik situs
online lokal tidak perlu membuat stock barang sendiri, penyedia layanan “dropship”
di Cina akan mengirimkan barang sesuai
alamat dari pembeli. Sebuah kemudahan bisnis yang luar biasa, yang tak
terbayangkan pada masa 10 lalu, saat ini semua orang bisa melakukan bisnis di
rumah dengan mengandal sebuah perangkat komputer dan koneksi internet.
Indonesia sendiri memiliki pasar yang “seksi”, sayang belum produsen “consumer good” kita melayanai semua kebutuhan
dalam negeri, sehingga celah ini diambil oleh Cina yang sudah siap dengan “stock”
, tehnology dan pemasar – pemasar handal di dunia maya.
Saat ini memang beberap situs “marketplace” lokal berusaha
meraup peluang ini, baik yang bermodal sendiri atau yang dimodali dari dana
ventura luar negeri. Lalu bagaimana
menumbuhkan lebih banyak enterpreanur digital agar pasar kita bisa kita kuasai
sendiri? Dalam pengamatan penulis, hal belum dianggap signifikan oleh
pemerintah , terutama Kementerian Pendidikan. Cina berhasil menguasai dunia
online tidak secara tiba-tiba, selain mendorong industri untuk lebih bergiat,
mereka juga membangun manusia – manusia pendukung penjualan produk mereka ke luar negeri melalui jaringan internet.
Indonesia perlu belajar ini, kita tidak hanya membutuhkan programer komputer
yang pintar otak – atik rumus alogaritma di situs pencarian , tapi juga orang –
orang kreatif untuk merancang kampanye pemasaran di dunia online. Istilahnya
sekarang yang kita butuhkan mendesak adalah profesi “digital marketing”, dimana pengetahuan dasar internet dan marketing menjadi
dasar mereka bekerja.
Pertumbuhan e-commerce nasional akan sangat cepat pada 2 – 3 tahun mendatang,
sejalan dengan makin membaiknya jaringan internet, populasi gadget, kemudahan
transaksi keuangan, naiknya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap situs
belanja online. Disini peran pemasar – pemasar digital sangat berpengaruh di
tengah persaingan situs belanja dari luar negeri yang kini juga merangsek ke
Indonesia dan menambah peta persaingan di pasar domestik. Pemerintah Indonesia
sebaiknya mengharuskan situs –situs belanja online dari luar negeri itu juga memasarkan produk – produk lokal di
halaman mereka. Proteksi harus tetap dilakukan agar kita tidak hanya menjadi
pasar yang pasif tapi juga produsen yang aktif
memasok produk ke situs – situs “marketplace” online lokal dan asing.
Mengapa hal itu harus dilakuakan, BPS mencatat, tingkat
angka pengangguran di Indonesia masih cukup tinggi, berdasarkan Sensus Penduduk
Indonesia 2010 angkatan kerja yaitu yang
berusia 15 tahun ke atas di Indonesia adalah 169 juta jiwa. Apakah mereka sudah
bekerja semua? Menurut data BPS tahun
2015, jumlah angka pengangguran nasional mencapai kurang lebih 7,5 juta orang.
Signifikansi proteksi pasar dan pengangguran sangat signifikan, pertumbuhan industri dalam negeri akan
menyerap pengangguran yang ada , dan
mengurangi beban angkatan kerja yang berlebih. Semoga Bermanfaat !
Labels: bisnis online