Bekerja di Perusahaan Startup, Siapa Takut ?

Ketika saya masih di bangku kuliah, saya tidak tahu nanti mau kerja jadi apa dan dimana, maklum jaman itu media massa yang ada hanya koran dan majalah, TV dan Radio, informasi yang terekam di media massa tadi tidak seluas seperti di era digital sekarang. Memilih jurusan kuliah pun, saya cenderung ikut - ikutan, tidak tahu milih jurusan apa. Semasa di SMA, masuk jurusan A3, jadi ketika mengikuti UMPTN hanya jurusaan sosial yang diketahui. Jalur kuliah di PTN masa itu tidak memungkinkan bagi saya, orang tua mewajibkan anak - anaknya harus kuliah di PT Negeri. Maklum anak banyak, penghasilan pas-pasan, jadilah saya dan saudara-saudara ngotot belajar agar bisa sekolah di sekolah negeri. Menyikapi kehendak orang tua, dalam hal ini ayah saya, mungkin hanya saya yang paling ketakutan, takut kalau tidak bisa masuk sekolah negeri tidak sekolah. Kenyataannya tidak seperti itu, adik-adik dan kakak saya, karena tidak bisa masuk sekolah negeri masuk ke sekolah swasta, tetap saja kedua orang tua membiayai pendidikan mereka. Ada baiknya juga bagi saya, dari SD sampai PT selalu menduduki kursi di sekolah negeri, negara lah yang membantu saya hingga sarjana. Pada masa kini, hal tersebut jarang terjadi pada anak - anak sekarang, lembaga pendidikan banyak, alternatif profesi setelah lulus juga beragam, jadi banyak sekali pilihan anak jaman sekarang, tinggal menetapkan hati mau setelah lulus kuliah. Tentunya semua juga butuh perjuangan pribadi, tidak hanya dana, dana besar tapi yang disekolahin tidak niat sekolah  jadinya sia - sia. Menariknya jaman sekarang, pilihan untuk bekerja semakin menarik, dalam hal ini pilihan profesi, sebab sejalan dengan investasi banyak perusahaan - perusahaan baru yang menawarkan berbagai posisi pekerjaan, tidak perlu syarat tinggi, minimal SLTA atau D3 bisa bekerja dengan penghasilan minimal UMR, daripada kerja di pabrik jadi buruh. Memang, kebanyakan perusahaan menawarkan posisi pekerjaan "marketing", entah mereka melabeli posisi sebagai apa, seperti "account executive", sales, atau account lainnya. Walau tugas pokok antara sales dengan marketing itu secara teori berbeda ruang lingkupnya, pada kenyataan tingkat keberhasilan pekerjaan mereka diukur dari jumlah omzet yang dicapai, berlaku untuk sektor barang dan jasa.  Memang pekerjaan sebagai "sales" dan "marketing" kini paling banyak mengisi kolom - kolom lowongan kerja dan halaman - halaman situs pencari kerja. Pekerjaan sebagai sales/marketing bisa diakses dari segala jurusan, biasanya perusahaan melhat latar pendidikan dari pelamar, sehingga diharapkan pelamar dengan cepat memahami pengetahuan tentang produk yang akan dijual. Tapi kalau mau jadi marketing tanpa perlu ijasah, bisa ikut model marketing Multilevel yang kini memasarkan berbagai produk lokal dan asing. Serunya ikut MLM (singkatan yang sering dipakai), para sales/marketing didoktrin / brainstorm seperti gaya indoktrinasi di militer atau komunis. Mereka dibangkitkan kebanggaannya, fanatisme nya terhadap barang yang mereka jual. Kadang saya berpikir, apa harus seperti itu kalau hanya menjual barang atau jasa saja. Konyolnya mereka juga diiming-imingi bonus tinggi bila sukses, tidak kerja keras lagi kalau sudah tua. Pada kenyataannya hanya sedikit yang berada di puncak kasta sistim MLM, sedang downline hanya bekerja buat upline, dan sedikti komisi, karena tidak bisa merekrut donwline baru. Capek dehhh...  MLM sudah mulai redup meski masih banyak kader - kader fanatiknya menunggu kebangkitan bisnis ini kembali,  kini yang mulai bersinar kembali adalah bisnis yang berkait dengan dunia maya, karena dunia nyata sudah sesak sekali mulai dari bisnis halal sampai haram. Dunia maya dianggap sebagai peluang baru yang menjanjikan, apalagi berita - berita keberhasilan perusahaan online yang sukses meraup investasi ratusan milyar, bahkan trilyunan gencar di media nyata dan media online. Indonesia pernah mengalami "booming " dotcom di awal tahun 2000-an, paska Indonesia dihantam oleh badai krisis keuangan global yang ikut meruntuhkan rezim berkuasa di negeri ini selama 30 tahun. Masa itu muncul perusahaan situs online, tidak sampai 5 tahun mereka berguguran, dan kita mengalami kevakuman dan ketidakpastian bisnis di berbagai bidang. Kebanyakan pebisnis kembali menekuni usaha di dunia nyata, tidak seperti sekarang di mana hampir semua perusahaan memperkenalkan bisnis mereka di khalayak dunia maya.  Tumbuhnya Enterpreanur Muda Lalu pekerjaan apa yang tepat buat generasi yang sedang mencari pekerjaan? Pertama, galilah kesukaan dan hasrat mu, cari jalan atau komunitas yang bisa menyalurkan kesukaan dan hasrat mu untuk belajar, karena pada dasarnya, orang yang sukses di bidang mereka adalah mereka yang menyukai apa yang mereka kerja dengan penuh hasrat (passion). Kedua, kembangkan network di perusahaan komersial yang bisa menampung keahlian dan kemampuanmu kita, percuma kalau kita sangat ahli di suatu bidang tanpa ada membayar kita. Ketiga, perluas jaringan tidak hanya di dalam negeri, cari koneksi sampai ke luarg negeri, sekarang gampang, ada internet yang bisa membawa kita sampai ke kutub utara. Nah, yang terpenting harus sabar dan konsisten, tidak perjuangan yang mudah dan tanpa sakit terlebih dahulu. Bila, passion mu bukan menjadi pekerja tapi orang merdeka( independent), justru sekarang banyak peluanggnya, sejumlah perusahaan start up di dalam dan luar negeri menawarkan pekerjaan yang bisa dikerjakan dari mana saja dengan imbalan yang lumayan. Tapi...ada tapinya juga, kamu harus memenuhi kualifikasi keahlian yang mereka butuhkan.  Yang paling menarik di jaman sekarang adalah munculnya bisnis kreatif - seperti kita tahu Indonesia adalah gudangnya orang kreatif - yang bertumpu pada dunia maya. Mau bisnis apa saja bisa dilakukan lewat media internet, mau yang halal dan haram pun jadi, tergantung kita bagaimana. Makanya tak heran, beberapa anak muda di tanah air tampil menjadi figur terkenal karena dunia maya, tidak usah jauh-jauh, Radity Dika adalah contoh anak jaman ini, sukses dari hobi nge-blog, punya banyak follower, bikin buku dari blog nya yang ternyata laku keras, sekarang sukses sebagai film maker yang penontonnya selalu diatas satu juta orang mengalahkan mereka yang lebih dahulu di bisnis ini. Kenyataan yang tidak dipungkiri, dunia maya melahirkan orang kaya - orang kaya dengan usia yang sangat relatif muda, tidak sampai usia 30 tahun mereka sudah memiliki uang puluhan bahkan ratusan milyar yang dihasilkan dari bisnis lewat internet. Aneka macam yang mereka kerjakan dan hasilkan, dari menjual platform seperti para pendiri Whatsapp, atau pembuat-pembuat platform untuk sosial media dan internet yang akhirnya dibeli hak patennya ooleh perusahaan internet yang sudah mapan. Seperti kita ketahui, raksasa perusahaan online gemar membeli hak paten platform - platform dari perusahaan - perusahaan internet pemula untuk melengkapi layanan mereka di dunia online.  Di Indonesia kin sedang booming investasi untuk perusahaan pemula di dunia internet, yang paling sukses kini adalah Tokopedia dan Gojek, 2 perusahaan berbasis internet yang menjembatani antara pembeli dan penjual. Mererak sekarang kebanjiran duit trilyunan dari luar negeri, dan kini kedua perusahaan itu sedang gencar-gencar mengembangk organisasi perusahaan dan merekrut pegawai - pegawai baru untuk mendorong percepatan bisnis mereka. Mulai para job seeker melirik perusahaan - perusahaan pemula ini, siapa tahu 10 tahun ke depan di Indonesia adalah sebesar Yahoo, Google, Facebook, Alibaba.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/sigitbc/carilah-pekerjaan-di-perusahaan-start-up_57bff8a720afbd37466b0027

Labels:

body { background:#aba; margin:0; padding:20px 10px; text-align:center; font:x-small/1.5em "Trebuchet MS",Verdana,Arial,Sans-serif; color:#333; font-size/* */:/**/small; font-size: /**/small; } /* Page Structure ----------------------------------------------- */ /* The images which help create rounded corners depend on the following widths and measurements. If you want to change these measurements, the images will also need to change. */ @media all { #content { width:740px; margin:0 auto; text-align:left; } #main { width:485px; float:left; background:#fff url("https://resources.blogblog.com/blogblog/data/rounders/corners_main_bot.gif") no-repeat left bottom; margin:15px 0 0; padding:0 0 10px; color:#000; font-size:97%; line-height:1.5em; } #main2 { float:left; width:100%; background:url("https://resources.blogblog.com/blogblog/data/rounders/corners_main_top.gif") no-repeat left top; padding:10px 0 0; } #main3 { background:url("https://resources.blogblog.com/blogblog/data/rounders/rails_main.gif") repeat-y; padding:0; } #sidebar { width:240px; float:right; margin:15px 0 0; font-size:97%; line-height:1.5em; } } @media handheld { #content { width:90%; } #main { width:100%; float:none; background:#fff; } #main2 { float:none; background:none; } #main3 { background:none; padding:0; } #sidebar { width:100%; float:none; } } /* Links ----------------------------------------------- */ a:link { color:#258; } a:visited { color:#666; } a:hover { color:#c63; } a img { border-width:0; } /* Blog Header ----------------------------------------------- */ @media all { #header { background:#456 url("https://resources.blogblog.com/blogblog/data/rounders/corners_cap_top.gif") no-repeat left top; margin:0 0 0; padding:8px 0 0; color:#fff; } #header div { background:url("https://resources.blogblog.com/blogblog/data/rounders/corners_cap_bot.gif") no-repeat left bottom; padding:0 15px 8px; } } @media handheld { #header { background:#456; } #header div { background:none; } } #blog-title { margin:0; padding:10px 30px 5px; font-size:200%; line-height:1.2em; } #blog-title a { text-decoration:none; color:#fff; } #description { margin:0; padding:5px 30px 10px; font-size:94%; line-height:1.5em; } /* Posts ----------------------------------------------- */ .date-header { margin:0 28px 0 43px; font-size:85%; line-height:2em; text-transform:uppercase; letter-spacing:.2em; color:#357; } .post { margin:.3em 0 25px; padding:0 13px; border:1px dotted #bbb; border-width:1px 0; } .post-title { margin:0; font-size:135%; line-height:1.5em; background:url("https://resources.blogblog.com/blogblog/data/rounders/icon_arrow.gif") no-repeat 10px .5em; display:block; border:1px dotted #bbb; border-width:0 1px 1px; padding:2px 14px 2px 29px; color:#333; } a.title-link, .post-title strong { text-decoration:none; display:block; } a.title-link:hover { background-color:#ded; color:#000; } .post-body { border:1px dotted #bbb; border-width:0 1px 1px; border-bottom-color:#fff; padding:10px 14px 1px 29px; } html>body .post-body { border-bottom-width:0; } .post p { margin:0 0 .75em; } p.post-footer { background:#ded; margin:0; padding:2px 14px 2px 29px; border:1px dotted #bbb; border-width:1px; border-bottom:1px solid #eee; font-size:100%; line-height:1.5em; color:#666; text-align:right; } html>body p.post-footer { border-bottom-color:transparent; } p.post-footer em { display:block; float:left; text-align:left; font-style:normal; } a.comment-link { /* IE5.0/Win doesn't apply padding to inline elements, so we hide these two declarations from it */ background/* */:/**/url("https://resources.blogblog.com/blogblog/data/rounders/icon_comment.gif") no-repeat 0 45%; padding-left:14px; } html>body a.comment-link { /* Respecified, for IE5/Mac's benefit */ background:url("https://resources.blogblog.com/blogblog/data/rounders/icon_comment.gif") no-repeat 0 45%; padding-left:14px; } .post img { margin:0 0 5px 0; padding:4px; border:1px solid #ccc; } blockquote { margin:.75em 0; border:1px dotted #ccc; border-width:1px 0; padding:5px 15px; color:#666; } .post blockquote p { margin:.5em 0; } /* Comments ----------------------------------------------- */ #comments { margin:-25px 13px 0; border:1px dotted #ccc; border-width:0 1px 1px; padding:20px 0 15px 0; } #comments h4 { margin:0 0 10px; padding:0 14px 2px 29px; border-bottom:1px dotted #ccc; font-size:120%; line-height:1.4em; color:#333; } #comments-block { margin:0 15px 0 9px; } .comment-data { background:url("https://resources.blogblog.com/blogblog/data/rounders/icon_comment.gif") no-repeat 2px .3em; margin:.5em 0; padding:0 0 0 20px; color:#666; } .comment-poster { font-weight:bold; } .comment-body { margin:0 0 1.25em; padding:0 0 0 20px; } .comment-body p { margin:0 0 .5em; } .comment-timestamp { margin:0 0 .5em; padding:0 0 .75em 20px; color:#666; } .comment-timestamp a:link { color:#666; } .deleted-comment { font-style:italic; color:gray; } .paging-control-container { float: right; margin: 0px 6px 0px 0px; font-size: 80%; } .unneeded-paging-control { visibility: hidden; } /* Profile ----------------------------------------------- */ @media all { #profile-container { background:#cdc url("https://resources.blogblog.com/blogblog/data/rounders/corners_prof_bot.gif") no-repeat left bottom; margin:0 0 15px; padding:0 0 10px; color:#345; } #profile-container h2 { background:url("https://resources.blogblog.com/blogblog/data/rounders/corners_prof_top.gif") no-repeat left top; padding:10px 15px .2em; margin:0; border-width:0; font-size:115%; line-height:1.5em; color:#234; } } @media handheld { #profile-container { background:#cdc; } #profile-container h2 { background:none; } } .profile-datablock { margin:0 15px .5em; border-top:1px dotted #aba; padding-top:8px; } .profile-img {display:inline;} .profile-img img { float:left; margin:0 10px 5px 0; border:4px solid #fff; } .profile-data strong { display:block; } #profile-container p { margin:0 15px .5em; } #profile-container .profile-textblock { clear:left; } #profile-container a { color:#258; } .profile-link a { background:url("https://resources.blogblog.com/blogblog/data/rounders/icon_profile.gif") no-repeat 0 .1em; padding-left:15px; font-weight:bold; } ul.profile-datablock { list-style-type:none; } /* Sidebar Boxes ----------------------------------------------- */ @media all { .box { background:#fff url("https://resources.blogblog.com/blogblog/data/rounders/corners_side_top.gif") no-repeat left top; margin:0 0 15px; padding:10px 0 0; color:#666; } .box2 { background:url("https://resources.blogblog.com/blogblog/data/rounders/corners_side_bot.gif") no-repeat left bottom; padding:0 13px 8px; } } @media handheld { .box { background:#fff; } .box2 { background:none; } } .sidebar-title { margin:0; padding:0 0 .2em; border-bottom:1px dotted #9b9; font-size:115%; line-height:1.5em; color:#333; } .box ul { margin:.5em 0 1.25em; padding:0 0px; list-style:none; } .box ul li { background:url("https://resources.blogblog.com/blogblog/data/rounders/icon_arrow_sm.gif") no-repeat 2px .25em; margin:0; padding:0 0 3px 16px; margin-bottom:3px; border-bottom:1px dotted #eee; line-height:1.4em; } .box p { margin:0 0 .6em; } /* Footer ----------------------------------------------- */ #footer { clear:both; margin:0; padding:15px 0 0; } @media all { #footer div { background:#456 url("https://resources.blogblog.com/blogblog/data/rounders/corners_cap_top.gif") no-repeat left top; padding:8px 0 0; color:#fff; } #footer div div { background:url("https://resources.blogblog.com/blogblog/data/rounders/corners_cap_bot.gif") no-repeat left bottom; padding:0 15px 8px; } } @media handheld { #footer div { background:#456; } #footer div div { background:none; } } #footer hr {display:none;} #footer p {margin:0;} #footer a {color:#fff;} /* Feeds ----------------------------------------------- */ #blogfeeds { } #postfeeds { padding:0 15px 0; }

Saturday 3 September 2016

Bekerja di Perusahaan Startup, Siapa Takut ?

Ketika saya masih di bangku kuliah, saya tidak tahu nanti mau kerja jadi apa dan dimana, maklum jaman itu media massa yang ada hanya koran dan majalah, TV dan Radio, informasi yang terekam di media massa tadi tidak seluas seperti di era digital sekarang. Memilih jurusan kuliah pun, saya cenderung ikut - ikutan, tidak tahu milih jurusan apa. Semasa di SMA, masuk jurusan A3, jadi ketika mengikuti UMPTN hanya jurusaan sosial yang diketahui. Jalur kuliah di PTN masa itu tidak memungkinkan bagi saya, orang tua mewajibkan anak - anaknya harus kuliah di PT Negeri. Maklum anak banyak, penghasilan pas-pasan, jadilah saya dan saudara-saudara ngotot belajar agar bisa sekolah di sekolah negeri. Menyikapi kehendak orang tua, dalam hal ini ayah saya, mungkin hanya saya yang paling ketakutan, takut kalau tidak bisa masuk sekolah negeri tidak sekolah. Kenyataannya tidak seperti itu, adik-adik dan kakak saya, karena tidak bisa masuk sekolah negeri masuk ke sekolah swasta, tetap saja kedua orang tua membiayai pendidikan mereka. Ada baiknya juga bagi saya, dari SD sampai PT selalu menduduki kursi di sekolah negeri, negara lah yang membantu saya hingga sarjana. Pada masa kini, hal tersebut jarang terjadi pada anak - anak sekarang, lembaga pendidikan banyak, alternatif profesi setelah lulus juga beragam, jadi banyak sekali pilihan anak jaman sekarang, tinggal menetapkan hati mau setelah lulus kuliah. Tentunya semua juga butuh perjuangan pribadi, tidak hanya dana, dana besar tapi yang disekolahin tidak niat sekolah  jadinya sia - sia. Menariknya jaman sekarang, pilihan untuk bekerja semakin menarik, dalam hal ini pilihan profesi, sebab sejalan dengan investasi banyak perusahaan - perusahaan baru yang menawarkan berbagai posisi pekerjaan, tidak perlu syarat tinggi, minimal SLTA atau D3 bisa bekerja dengan penghasilan minimal UMR, daripada kerja di pabrik jadi buruh. Memang, kebanyakan perusahaan menawarkan posisi pekerjaan "marketing", entah mereka melabeli posisi sebagai apa, seperti "account executive", sales, atau account lainnya. Walau tugas pokok antara sales dengan marketing itu secara teori berbeda ruang lingkupnya, pada kenyataan tingkat keberhasilan pekerjaan mereka diukur dari jumlah omzet yang dicapai, berlaku untuk sektor barang dan jasa.  Memang pekerjaan sebagai "sales" dan "marketing" kini paling banyak mengisi kolom - kolom lowongan kerja dan halaman - halaman situs pencari kerja. Pekerjaan sebagai sales/marketing bisa diakses dari segala jurusan, biasanya perusahaan melhat latar pendidikan dari pelamar, sehingga diharapkan pelamar dengan cepat memahami pengetahuan tentang produk yang akan dijual. Tapi kalau mau jadi marketing tanpa perlu ijasah, bisa ikut model marketing Multilevel yang kini memasarkan berbagai produk lokal dan asing. Serunya ikut MLM (singkatan yang sering dipakai), para sales/marketing didoktrin / brainstorm seperti gaya indoktrinasi di militer atau komunis. Mereka dibangkitkan kebanggaannya, fanatisme nya terhadap barang yang mereka jual. Kadang saya berpikir, apa harus seperti itu kalau hanya menjual barang atau jasa saja. Konyolnya mereka juga diiming-imingi bonus tinggi bila sukses, tidak kerja keras lagi kalau sudah tua. Pada kenyataannya hanya sedikit yang berada di puncak kasta sistim MLM, sedang downline hanya bekerja buat upline, dan sedikti komisi, karena tidak bisa merekrut donwline baru. Capek dehhh...  MLM sudah mulai redup meski masih banyak kader - kader fanatiknya menunggu kebangkitan bisnis ini kembali,  kini yang mulai bersinar kembali adalah bisnis yang berkait dengan dunia maya, karena dunia nyata sudah sesak sekali mulai dari bisnis halal sampai haram. Dunia maya dianggap sebagai peluang baru yang menjanjikan, apalagi berita - berita keberhasilan perusahaan online yang sukses meraup investasi ratusan milyar, bahkan trilyunan gencar di media nyata dan media online. Indonesia pernah mengalami "booming " dotcom di awal tahun 2000-an, paska Indonesia dihantam oleh badai krisis keuangan global yang ikut meruntuhkan rezim berkuasa di negeri ini selama 30 tahun. Masa itu muncul perusahaan situs online, tidak sampai 5 tahun mereka berguguran, dan kita mengalami kevakuman dan ketidakpastian bisnis di berbagai bidang. Kebanyakan pebisnis kembali menekuni usaha di dunia nyata, tidak seperti sekarang di mana hampir semua perusahaan memperkenalkan bisnis mereka di khalayak dunia maya.  Tumbuhnya Enterpreanur Muda Lalu pekerjaan apa yang tepat buat generasi yang sedang mencari pekerjaan? Pertama, galilah kesukaan dan hasrat mu, cari jalan atau komunitas yang bisa menyalurkan kesukaan dan hasrat mu untuk belajar, karena pada dasarnya, orang yang sukses di bidang mereka adalah mereka yang menyukai apa yang mereka kerja dengan penuh hasrat (passion). Kedua, kembangkan network di perusahaan komersial yang bisa menampung keahlian dan kemampuanmu kita, percuma kalau kita sangat ahli di suatu bidang tanpa ada membayar kita. Ketiga, perluas jaringan tidak hanya di dalam negeri, cari koneksi sampai ke luarg negeri, sekarang gampang, ada internet yang bisa membawa kita sampai ke kutub utara. Nah, yang terpenting harus sabar dan konsisten, tidak perjuangan yang mudah dan tanpa sakit terlebih dahulu. Bila, passion mu bukan menjadi pekerja tapi orang merdeka( independent), justru sekarang banyak peluanggnya, sejumlah perusahaan start up di dalam dan luar negeri menawarkan pekerjaan yang bisa dikerjakan dari mana saja dengan imbalan yang lumayan. Tapi...ada tapinya juga, kamu harus memenuhi kualifikasi keahlian yang mereka butuhkan.  Yang paling menarik di jaman sekarang adalah munculnya bisnis kreatif - seperti kita tahu Indonesia adalah gudangnya orang kreatif - yang bertumpu pada dunia maya. Mau bisnis apa saja bisa dilakukan lewat media internet, mau yang halal dan haram pun jadi, tergantung kita bagaimana. Makanya tak heran, beberapa anak muda di tanah air tampil menjadi figur terkenal karena dunia maya, tidak usah jauh-jauh, Radity Dika adalah contoh anak jaman ini, sukses dari hobi nge-blog, punya banyak follower, bikin buku dari blog nya yang ternyata laku keras, sekarang sukses sebagai film maker yang penontonnya selalu diatas satu juta orang mengalahkan mereka yang lebih dahulu di bisnis ini. Kenyataan yang tidak dipungkiri, dunia maya melahirkan orang kaya - orang kaya dengan usia yang sangat relatif muda, tidak sampai usia 30 tahun mereka sudah memiliki uang puluhan bahkan ratusan milyar yang dihasilkan dari bisnis lewat internet. Aneka macam yang mereka kerjakan dan hasilkan, dari menjual platform seperti para pendiri Whatsapp, atau pembuat-pembuat platform untuk sosial media dan internet yang akhirnya dibeli hak patennya ooleh perusahaan internet yang sudah mapan. Seperti kita ketahui, raksasa perusahaan online gemar membeli hak paten platform - platform dari perusahaan - perusahaan internet pemula untuk melengkapi layanan mereka di dunia online.  Di Indonesia kin sedang booming investasi untuk perusahaan pemula di dunia internet, yang paling sukses kini adalah Tokopedia dan Gojek, 2 perusahaan berbasis internet yang menjembatani antara pembeli dan penjual. Mererak sekarang kebanjiran duit trilyunan dari luar negeri, dan kini kedua perusahaan itu sedang gencar-gencar mengembangk organisasi perusahaan dan merekrut pegawai - pegawai baru untuk mendorong percepatan bisnis mereka. Mulai para job seeker melirik perusahaan - perusahaan pemula ini, siapa tahu 10 tahun ke depan di Indonesia adalah sebesar Yahoo, Google, Facebook, Alibaba.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/sigitbc/carilah-pekerjaan-di-perusahaan-start-up_57bff8a720afbd37466b0027

Labels:

1 Comments:

At 11 September 2016 at 11:22 , Blogger Aris said...

This comment has been removed by a blog administrator.

 

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home